FAJARSULTRA.COM KENDARI,-Polemik pergantian antar waktu (PAW) almarhum Imran, anggota DPR RI dari Partai Gerindra daerah pemilihan Sulawesi Tenggara yang wafat beberapa waktu lalu terus bergulir.
Penolakan terhadap Haerul Saleh, calon yang digadang-gadang akan menggantikan Almarhum Imran datang dari internal Partai Gerindra Sultra.
Iskandar Kasim, Sekretaris Pengurus Daerah SATRIA (Satuan Relawan Indonesia Raya) Sultra, sebuah sayap Partai Gerindra, menyampaikan penolakannya terhadap wacana naiknya Haerul Saleh sebagai pengganti Imran.
“Terkait dengan polemik pergantian antar waktu pasca meninggalnya Ketua DPD Partai Gerindra Sultra, Imran, saya melihat ada pro dan kontra yang terjadi di masyarakat. Sebagai mantan Sekretaris DPD Partai Gerindra yang saat itu Haerul Saleh sebagai anggota DPR RI dari Partai Gerindra Dapil Sultra, saya melihat dia tidak miliki kontribusi yang nyata terhadap partai gerindra di Sultra,” kata Iskandar.
Mengapa Iskandar mengatakan demikian, menurutnya, karena pada saat itu, sejak pendaftaran calon sampai Haerul Saleh terpilih, sampai dia berakhir masa jabatannya selama lima tahun, tidak pernah Haerul menampakkan ‘batang hidungnya’ di kantor DPD Partai Gerindra Sultra.
“Itu artinya bahwa, ia tidak memiliki kepedulian terhadap partai. Kemudian, kalau ada rapat-rapat di Jakarta, entah itu rapat koordinasi atau rapat evaluasi di DPP, banyak sekali anggota DPR RI dari provinsi lain yang selalu menyampaikan bahwa Haerul Saleh seolah-olah acuh terhadap partai sehingga di fraksi itu, pernah beberapa kali dia ditegur karena bersikap abai,” imbuhnya.
Bahkan, masih menurut Iskandar, Haerul juga terlibat dalam kasus penggelembungan suara dengan cara mengambil suara-suara calon anggota DPR RI lain dari partai gerindra dan suara partai sehingga meskipun akumulasi suaranya tetap sama, tetapi suaranya dia membengkak.
“Terbukti dengan hasil laporan di DKPP yang kemudian menjatuhkan sanksi memecat 5 anggota KPU Kolaka, meskipun tidak spesifik dikatakan karena terlibat penggelembungan suara Haerul Saleh, tetapi itu menjadi bukti bahwa dia benar-benar terlibat dalam skandal penggelembungan suara itu,” beber Iskandar.
Iskandar meminta kepada pengurus DPP Partai Gerindra kiranya mempertimbangkan kembali penentuan PAW ini karena ia melihat, jika Haerul Saleh yang didorong untuk menggantikan Almarhum Imran, hal ini tidak dapat membuat partai berkembang khususnya di Sultra.
“Karena sejak dulu tidak pernah kontribusi dia terhadap partai. Silahkan bisa menghubungi Pak Anton Timbang, mantan Ketua DPD Gerindra Sultra jika butuh tambahan informasi,” pungkasnya.
Sementara itu, hingga berita ini ditulis, Haerul Saleh yang telah dihubungi oleh awak media ini guna dimintai tanggapan, tidak memberikan respon sama sekali.