Miliki Potensi 662 Juta Ton, Aspal Buton Harta Karun Dunia Yang Ada di Indonesia

Presiden Joko Widodo saat mengunjungi pabrik aspal Buton di Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara

FAJARSULTRA.COM
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki kekayaan Sumber Daya Alam yang cukup melimpah. Selain biji nikel, kandungan perut Bumi Daerah di tenggara Pulau Sulawesi itu juga memiliki cadangan Aspal yang sangat menjanjikan.

Baru-baru ini, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo saat berkunjung ke Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara dibuat kesal sekaligus takjub dengan Potensi Aspal Buton.

Jokowi kesal lantaran selama ini Indonesia masih mengimpor Aspal dari negara lain, Padahal Indonesia memiliki salah satu daerah yang menyimpan cadangan aspal terbesar di Dunia namun belum terkelola secara baik.

“Ya ini ada sebuah potensi besar di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu aspal, tambang aspal, di Kabupaten Buton. Yang problem adalah kita ini malah impor sampai kurang lebih 5 juta ton per tahun. Di sini produksi malah tidak dijalankan, ini juga impor terus,” kata presiden dua periode itu.

Olehnya itu, Presiden Joko Widodo menyampaikan secara tegas bakal memaksimalkan pengolahan potensial Aspal Buton sehingga Indonesia akan menyetop impor aspal.

“Tadi kita sudah Putuskan dua tahun lagi kita stop impor aspal. Karena ada potensi 662 juta ton di sini, gede sekali. Sehingga kalau setahun impor 5 juta, itu kita kira-kira masih 120 tahun yang bisa kita olah aspal yang ada di sini,” jelasnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Presiden meminta jajarannya agar pengolahan aspal harus dikerjakan oleh Kabupaten Buton melalui berbagai skema kerja sama baik dari BUMN maupun pihak swasta.

“Semuanya harus dikerjakan oleh Buton. Silakan, BUMN silakan, swasta silakan, join dengan asing juga silakan tetapi kita ingin ada nilai tambah dari aspal yang ada di Buton,” ucapnya.

Presiden berharap agar potensi besar tersebut dapat segera direalisasikan sehingga masyarakat akan mendapatkan manfaat dan Kabupaten Buton dapat hidup kembali sebagai industri penghasil aspal.

“Nilai tambah ada di sini, pajak ada di sini, royalti ada di sini, dividen ada di sini, pajak karyawan semuanya ada di sini. Sehingga kita harapkan Buton hidup kembali sebagai industri penghasil aspal, bukan tambang, bukan tambang,” tandas Presiden.

Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan Gebernur Ali Mazi melihat secara langsung hasil produksi pengelolaan aspal buton oleh PT. Wika Bitumen

Sementara itu, kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Sulawesi Tenggara, Parinringi SE., M.Si. menyampaikan dibawah kepemimpinan H. Ali Mazi, SH dan Dr. H. Lukman Abunawas SH., M.Si.,M.H, pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara membuka peluang investasi seluas-luasnya bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya di Bumi Anoa.

Khusus untuk Aspal Buton sampai dengan saat ini tercatat enam perusahaan yang melakukan produksi diantaranya PT Wika Bitumen yang merupakan anak perusahaan PT Wijaya Karya Tbk milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Secara umum, potensi Aspal di Kabupaten Buton seluas 60.000 hektar yang penyebaran terbesarnya berada di dua daerah yakni Kubangka dan Lawele, namun baru dieksploitasi seluas 400 hektar oleh 42 pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP). Enam perusahaan yang melakukan produksi,” sebutnya.

“Untuk PT. Wika Bitumen terletak di Lawele Kecamatan Lasalimu dengan luas pengelolaan 101 hektar. PT Wika Bitumen ini mengelola sumber daya Aspal baik dalam bentuk bahan jadi atau siap pakai maupun dalam bentuk setengah jadi atau serpihan batuan Aspal,” lanjutnya.

Selain itu, sebagai upaya peningkatan penggunaan aspal buton, maupun sebagai bentuk promosi, Pemerintah daerah juga telah mendorong penggunaan aspal buton pada proyek nasional di wilayah Sulawesi.

“Kalau untuk mendukung kegiatan pertambangan khususnya aspal buton Pak Gubernur telah beberapa kali melakukan pertemuan sampai di Kementerian, Kemarin di kementerian investasi intinya bagaimana kita memberikan semacam regulasi agar supaya aspal buton ini bisa dipakai di kegiatan proyek paling tidak di Sulawesi, Karna di Sulawesi itu ada beberapa proyek nasional itu kiranya bisa menggunakan aspal Buton. karena mereka sudah melakukan lab kadar Bitubinnya sudah memenuhi,” terangnya.

Dijelaskan, bila terkelolah dengan baik Potensi aspal buton mampu memenuhi kebutuhan aspal dalam Negeri hingga tahun 2150.

“Daerah kita ini sangat kaya dengan sumber daya alamnya, Aspal buton ini potensinya sekitar 662 juta ton dan setelah dimurnikan bisa menghasilkan sekitar 150 juta ton. Cadangan aspal kita ini cukup untuk berswasembada aspal untuk 100-125 tahun,” tandasnya.

Sebagai informasi, di dunia, hanya ada sedikit negara yang memiliki kekayaan alam aspal, di antara yang besar hanya Trinidad, negara di Amerika Selatan. Walau Indonesia memiliki deposit aspal alam yang sangat besar, namun pada 2017 Indonesia menjadi importir aspal ke-10 di dunia (US$ 371 juta). Pada 2013 pernah mengimpor hingga US$ 664 juta. Sedangkan pada 2018 nilai impor aspal US$ 460 juta, lalu pada 2019 sudah melejit menjadi US$ 550 juta, atau menjadi importir terbesar ke-5 di dunia.

Kebutuhan aspal Indonesia adalah 1,22 juta ton pada 2018 dan 1,31 juta ton pada 2019. Karena ada pandemi, kebutuhan aspal pada 2020 dan 2021 mengalami penurunan. Namun pada tahun-tahun mendatang bisa naik lebih besar lagi sesuai kondisi ekonomi Indonesia. Aspal impor itu berasal dari jenis aspal minyak, yaitu aspal dari residu pengilangan minyak.

Aspal impor tersebut merupakan sekitar 77,39 persen pada 2018 dan 85,26% pada 2019. Adapun penggunaan aspal Buton, disebut asbuton, hanya sekitar 0,3% saja. Sisanya dipenuhi oleh aspal minyak produksi Pertamina. Impor aspal itu terbesar dari Singapura, negeri yang tidak memiliki sumberdaya alam.

Kepala Dinas DPMPTSP, Parinringi tengah berbincang bersama Gubernur, Ali Mazi dan Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia

Ditambang Sejak Tahun 1924, Pengelolaan Aspal Buton Belum Optimal

Aspal Buton yang ditemukan pada tahun 1924 oleh seorang Geolog Belanda W.H. Hetzel. Kemudian pada tanggal 21 Oktober 1924 konsesi penambangan Aspal Buton selama 30 tahun diberikan kepada seorang Pengusaha Belanda, A. Volker. Pengusahaan pertambangan Aspal Buton, selanjutnya dilakukan oleh Perusahaan Belanda, N.V. Mijnbouw en Cultuur Maschappij Buton. Lalu kemudian, tahun 1926 sudah melakukan penambangan Aspal Buton secara terbuka pada daerah Lawele, Kecamatan Lasalimu dan Mantowu, Kecamatan Pasarwajo.

Pengelolaan Aspal Buton setelah Indonesia merdeka terjadi pada tahun 1955 sempat jaya karena berada di bawah Jawatan Jalan-jalan dan Jembatan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga yang merupakan hasil nasionalisasi terhadap perusahaan Belanda. Sehingga, pada tahun 1961 dibentuklah Perusahaan Aspal Negara (PAN) untuk pengelolaan Aspal Buton. Pada tanggal 30 Januari 1984, PAN berubah menjadi PT Sarana Karya (Persero).

Dari berbagai sumber terkait perubahan ini, diduga dilatar belakangi oleh menipisnya jumlah deposit dengan kandungan bitumen tinggi, sehingga diperlukan cara-cara baru untuk memproduksinya. Kadar aspal yang rendah menjadikan upaya pemanfaatan deposit aspal Buton tidak dapat dilakukan dengan cara-cara yang standar. Berbagai metode pemanfaatan Aspal Buton seperti Latasir, Latasbum, Asbuton Curah, Asbunton Micro, Buton Mastic Aspal mulai ditinggalkan. Kontraktor jalan lebih menyukai menggunakan Aspal Minyak, karena metode produksi hotmix-nya lebih efisien dan praktis.

Tetapi mulai tahun 2004, seiring dengan kenaikan harga minyak bumi yang harganya mencapai kisaran US$ 100 per barel, menjadikan harga Aspal Minyak juga ikut naik dengan sangat tajam. Hal ini memicu upaya-upaya untuk memanfaatkan kembali Aspal Alam dari Pulau Buton. Namun karena belum tersedianya teknologi pengolahan dan pemanfaatan yang handal dan ekonomis, akibatnya Aspal Buton masih belum mampu bersaing dengan Aspal minyak impor. (Adv)***

In the news
Load More