FAJARSULTRA.COM
Dengan wilayah perairan laut sebesar 114.879,00 km2, Sulawesi Tenggara mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang besar. Berada pada WPP-RI 713 (perairan Selat Makassar, Teluk Bone, laut Bone, laut Flores, laut Bali) dan WPP-RI 714 (teluk Tolo dan laut Banda).
Namun, Rata-rata pemanfaatan perikanan tangkap beberapa tahun terakhir menunjukan masih berkisar 10-15%.
Olehnya itu, Pemerintah Daerah tengah mendorong peningkatan pengolahan sektor perikan di Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan menyusun peta jalan (Roadmap) hilirisasi investasi sektor perikanan secara bersama.
Menurut kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Parinringi S.E., M.Si. Hilirisasi Sektor perikanan dilakukan dengan mengoptimalkan hilirisasi produk utama serta produk turunan. Pendekatan tersebut sejalan dengan konsep blue economy yang salah satunya bercirikan zero waste, adopsi inovasi, multiplier economy dan social inclusive.
“Dengan memanfaatkan limbah produk yang bernilai tambah, maka akan melahirkan industri yang nirlimbah,menyerap tenaga kerja (dengan adanya industri baru), peningkatan kesejahteraan dan pentingnya pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam menghasilkan produk bernilai tambah tinggi,” katanya.
Pendekatan berikutnya adalah integrasi antara perusahaan berskala menengah besar dengan UMKM dalam kemitraan sinergis yang saling menguntungkan. Pola kemitraan dalam industri pengolahan skala menengah-besar dan UMKM ini dapat terjadi pada produk utama dengan pengolahan limbahnya/by product-nya.
Menurut mantan wakil Bupati Konawe ini, adapun hasil analisis awal komoditas prioritas pada sektor Perikanan dalam kegiatan Penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Hilirisasi Investasi Strategis di Sulawesi Tenggara terdapat dua komoditas perikanan sultra yakni Ikan dan Udang.
“Udang dan cangkangnya dapat menghasilkan frozen fres dan olahan, Tepung udang dan Chitin Chitidan yang dapat mendorong Industri pangan/functional food, industri pakan udang, Industri farmasi, Industri kesehatan, industri kosmetika, dan industri bioaktif compound,” terangnya.
“Sedangkan untuk ikan by produknya (kulit, tulang, jeroan), dapat menghasilkan pengalengan, fillet, loin, tepung ikan, minyak ikan, kolagen dan gelatin, yang dapat mendorong industri pangan/functional foot, industri pakan, industri suplemen kesehatan, industri makanan-minuman, farmasi, dan kosmetika,” lanjutnya.
Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai ekosistem perairan yang lengkap seperti perairan laut pelagis, laut demersal, ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil yang kaya akan terumbu karang, padang lamun, mangrove hingga perairan umum yang berlimpah sumberdaya perikanan dan kelautannya.
Basis perikanan tuna, cakalang, tongkol (TCT) di Sulawesi Tenggara adalah Kendari, Baubau, Buton, Buton Selatan, Buton Utara, Wakatobi dan Kolaka Perikanan tangkap umumnya di Sulawesi Tenggara adalah berbasis perikanan skala kecil Basis Budidaya Tambak terdapat di 8 Kabupaten yaitu Konawe Selatan, Muna, Kolaka, Bombana, Kolaka Utara, Muna Barat, Konawe Utara serta Konawe
“Secara keseluruhan di Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat 65 ribu hektar lahan potensial yang bisa dijadikan kawasan tambak,” Kata Parinringi.
Sedangkan saat ini yang baru terolah luas lahan kawasan budidaya air payau (Tambak) Kabupaten Muna (500ha) dan Kabupaten Konawe Selatan (250 ha) untuk revitalisasi dan rehabilitasi Shrimp Farming di Tahun 2022 – 2024 jumlah industri perikanan adalah sebanyak 26 UPI yang terdiri dari Industri pengolahan. Adanya industri perikanan di sultra, menjadikan ekspor daerah dapat meningkat.
“Ekspor hasil perikanan di Sultra untuk komoditas hidup pada tahun 2020 sebesar 78,850 ton dengan nilai Rp 1,749,14 miliar dan untuk komoditas segar/beku sebesar 917,586 Ton dengan Nilai harga Rp. 71,837 miliar,” tandasnya.
Senada dengan itu, menurut Dirjen Hilirisasi Minerba Kementerian Investasi/BKPM, Hasyim, Sektor perikanan Indonesia akan berfokus pada pengolahan hasil perikanan dari komoditas udang, ikan (tuna, tongkol, rajungan), dan rajungan/kepiting.
Pemilihan komoditas didasarkan atas pertimbangan bahwa nilai ekspor komoditas udang pada tahun 2019 menempati urutan tertinggi dari seluruh komoditas perikanan, dengan nilai USD 1.7 juta dengan share sebesar 35% dari total ekspor perikanan (2019).
“Diikuti oleh ikan (TTC) senilai USD 747,538 dan share terhadap total sebesar 15%. Sedangkan untuk Rajungan-kepiting, nilai ekspor menempati posisi ke-4 dengan nilai USD 393,498 dan market share sebesar 8% dari total ekspor perikanan,” katanya.
Pemilihan ketiga komoditas tersebut, tidak hanya karena mempunyai nilai ekspor yang tinggi, namun mempunyai added value yang cukup besar, baik dari produk utamanya maupun by product-nya. Seperti udang, rajungan, kepiting, by product-nya berupa cangkang yang potensial dimanfaatkan untuk chitin chitosan.
“Sedangkan untuk ikan (TTC), dari sisa-sisa olahan yang berupa kulit, tulang dan jeroan, dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tepung ikan, minyak ikan, kolagen maupun gelatin,” terangnya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka investasi perikanan ke depan diharapkan berorientasi pada konsep bisnis hilirisasi perikanan yang terintegrasi.
Sementara itu Hilirisasi industri sektor Perikanan merupakan amanah dari Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035 yang menitik beratkan pada pengembangan industri pangan.
Sebagaimana amanah RIPIN Perikanan sebagai sumber pangan, difokuskan pada pengawetan ikan (beku, kering dan asap) dan fillet serta aneka olahan ikan dan hasil laut lainnya (minyak ikan, suplemen kesehatan dan pangan fungsional lainnya).
Dalam rangka implementasi kebijakan tersebut diperlukan roadmap pengembangan ke depan hingga tahun 2045. Di dalam roadmap tersebut pemerintah berencana mengembangkan hilirisasi perikanan yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah produk dan berorientasi pada pasar.
Saat ini, berdasarkan data statistik KKP, kontribusi perikanan Budidaya dan Perikanan Tangkap Sulawesi Tenggara terhadap nasional sebesar 3,8%. Produksi perikanan Tuna, Cakalang dan Tongkol Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2020 mencapai 47,039.22 ton (data pelabuhan dan non pelabuhan sultra, 2020) Perikanan tuna menyumbang 21.4% dari total hasil produksi perikanan tangkap Sulawesi Tenggara, dengan porsi terbesar adalah dari jenis cakalang mencapai 8.5%, Udang 4.8% produksi nasional.(adv)***